Artikel ini disadur dari jurnal Mendoza, J. (2017). To be a woman: Gender and the death of the Mirabal Sisters.
Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (HAKTP) diperingati dari tanggal 25 November hingga 10 Desember setiap tahunnya. Menjadi penting dalam setiap peringatannya untuk mengingat alasan kenapa HAKTP ini bisa ada. Peringatan HAKTP ini tidak terjadi secara tiba-tiba, ia berangkat dari sebuah peristiwa tragis yang menewaskan tiga perempuan bersaudara Mirabal di tahun 1960.
Siapakah Mirabal Bersaudara? Patria Mercedes, Belgica Adela, Minerva, dan Maria Teresa adalah adik kakak perempuan yang dibesarkan di sebuah kota bernama Ojo de Ague, yang terletak di bagian utara negara Republik Dominika. Keluarganya datang dari kelas menengah yang berupaya memberikan pendidikan terbaik kepada putri-putrinya. Di kala itu, perempuan yang memiliki pendidikan masih sangat jarang dan dianggap melawan budaya yang ada saat itu.
Budaya machismo atau ekspresi kejantanan dan maskulinitas yang berlebihan dan agresif masih sangat kental dan dominan setelah negara Dominika dijajah oleh bangsa Spanyol dan Portugis, sehingga perempuan seringkali dianggap sebagai objek belaka dan manusia pasif. Di bawah pemerintahan diktator Rafael Trujillo yang berkuasa di Dominika sejak tahun 1930 hingga akhir hayatnya pada tahun 1960, Trujillo menjadikan perempuan sebagai objek dan alat untuk menaikkan statusnya dan mendapatkan kepuasan seksual.
Semasa hidupnya, Trujillo yang berangkat dari militer, menikahi tiga perempuan. Istri pertamanya Aminta ia ceraikan karena ia berasal dari keluarga miskin yang akan menghancurkan reputasinya jika ia membawa Aminta ke lingkaran elit. Istri kedua Bienvenida ia nikahi untuk menaikkan status sosialnya karena Beinvenida berasal dari keluarga yang terpandang. Walaupun demikian, Trujillo tetap menceraikan Bienvenida dan menikahi selingkuhannya, Maria.
Trujillo sendiri tidak segan-segan untuk menunjukkan ketertarikannya pada perempuan lain selain istrinya. Ia bahkan sering memilih perempuan muda untuk dieksploitasi secara seksual. Tak jarang, orang tua akan menyembunyikan anak perempuan mereka dari Trujillo ketika ia berkunjung ke daerah mereka, karena akan sangat sulit menolak permintaan Trujillo. Pada saat itu siapapun yang membangkang, melawan dan menolak akan dipenjara.
Sangat mudah bagi Trujillo mendapatkan perempuan yang ia inginkan sehingga siapapun yang menolak tawarannya akan dianggap sebagai sebuah penghinaan. Itulah yang dirasakan Trujillo tatkala Minerva menolak Trujillo untuk tidur dengannya. Saat itu, Minerva dan saudarinya diundang ke sebuah pesta di rumah mewahnya di San Cristobal. Karena undangannya dihantarkan kepada keempat saudari Mirabal, mereka merasa sungkan untuk menolaknya.
Minerva yang menolak ajakan kencan Trujillo, kabur bersama keluarganya di tengah pesta saat hujan badai untuk menghindari amarah Trujillo. Trujillo menganggap bahwa siapapun yang meninggalkan kehadiran Trujillo dianggap tidak sopan dan menghina karena masyarakat wajib menyembah dirinya.
Penolakan Minerva menggambarkan pemberontakan perempuan yang melawan untuk tunduk pada tradisi yang mensubordinasi perempuan. Sejak saat itu, keluarga Mirabal terbuka menujukkan sikap oposisi terhadap pemerintahan Trujillo.
Minerva yang berhasil mengenyam pendidikan hukum sayangnya tidak bisa mempraktikan ilmunya karena menolak ajakan Trujillo. Ia pun menikah dengan Manolo Tavarez Justo yang menjadi pemimpin Gerakan Empatbelas Juni melawan ditaktor Trujillo, sedangkan suami dari Maria Teresa adalah bendahara dari gerakan ini.
Minerva, Maria Teresa dan Patria sering berafiliasi dengan gerakan melawan Trujilo. Patria sering meminjamkan rumahnya untuk pertemuan dan rapat gerakan, sedangkan Minerva dan Maria Teresa lebih terlibat dalam merencanakan revolusi. Minerva dan Maria Teresa ikut menyembunyikan senjata serta menyediakan makanan dan rumah untuk yang sedang bersembunyi dari rezim pemerintah.
Pada November 25 1960, Patria, Minerva, Maria Teresa dan supir mereka, Rufino de la Cruz pergi untuk mengunjungi suami Minerva dan Maria Teresa yang berada di penjara. Di perjalanan pulang mereka dicegat oleh orang-orang Trujillo. Mereka disiksa dan dicekik hingga meninggal. Tubuhnya ditaruh kembali di mobil mereka dan didorong dari puncak sehingga terlihat seperti kecelakaan.
Aksi-aksi Mirabal bersaudara yang terang-terangan dan lantang melawan ketidakadilan yang dilakukan Trujillo saat itu berlawanan dengan budaya machoisme yang ada sehingga Mirabal bersaudara dianggap sebagai sebuah ancaman. Padahal suami Minerva dan Maria Teresa lah yang paling aktif dalam gerakan melawan Trujillo namun keberadan Mirabal bersaudara dianggap lebih berbahaya. Hal ini membuktikan bahwa kekerasan berbasis gender itu nyata, dan perempuan dibunuh karena gendernya.
Dibawah rezim gender Trujillo, perempuan yang melawan subordinasi dan budaya machosime dianggap sebagai sebuah ancaman. Mereka dianggap lebih memberontak daripada rekan lelakinya serta mengganggu sistem politik yang masih melanggengkan budaya machoisme.
Untuk mengenang perjuangan Mirabal bersaudari, hari kematiannya pada 25 November dijadikan Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan dalam Konferensi Feminis Amerika Latin dan Karibia pada tahun 1981. Lalu pada 1991, Women’s Global Leadership Institute menggagas kampanye 16 Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan dari 25 November hingga 10 Desember. Mereka menjadi inspirasi dan simbol pergerakan perempuan dalam melawan tirani dan rezim gender di berbagai belahan dunia.
[…] secara global. Tanggal 25 November tersebut dipilih sebagai bentuk penghormatan terhadap perjuangan Mirabal Bersaudara yaitu Patria Marcedez Mirabal, Minerva Mirabal dan Maria Teresa Mirabal yang dibunuh pada 25 November 1960 karena […]
[…] 10 Desember. Tanggal 25 November pun ditetapkan sebagai bentuk penghormatan terhadap perjuangan Mirabal Bersaudara yaitu Patria Marcedez Mirabal, Minerva Mirabal dan Maria Teresa Mirabal yang dibunuh pada 25 […]