16HAKTP: Perjuangan Perempuan Menghapus Segala Bentuk Kekerasan

Peringatan Momen 16 Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan diperingati secara global setiap tanggal 25 November hingga 10 Desember. Tanggal 25 November pun ditetapkan sebagai bentuk penghormatan terhadap perjuangan Mirabal Bersaudara yaitu Patria Marcedez Mirabal, Minerva Mirabal dan Maria Teresa Mirabal yang dibunuh pada 25 November 1960 karena aktivitas politik melawan dan menggugat kediktatoran rezim Rafael Trujillo di Republik Dominika.

Problem kekerasan terhadap perempuan tak pernah berhenti dan terwujud dalam berbagai bentuk. Dalam situasi buruh, mereka berhadapan dengan kekerasan dan pelecehan baik di tempat kerja maupun di rumah. Buruh perempuan dipaksa melakukan pekerjaan dengan sistem no work no pay, bertarung dalam kontrak kerja yang pendek sehingga mudah di PHK.

Diperparah dengan  kerja lembur yang tak berbayar dan berdampak buruk terhadap kualitas hidup buruh. Buruh perempuan pun dibebankan dengan urusan domestik dan perawatan yang tak ada habisnya, malah merenggut kemerdekaannya.

Negara-dalam hal ini mengatur kebijakan-sama sekali tidak berpihak bahkan mengabaikan buruh perempuan sebagai korban dari sistem kerja yang eksploitatif. Buruh perempuan tersudutkan karena dianggap rendah dan tidak penting sehingga layak didiskriminasi.

Kehilangan hak berekspresi karena dianggap seorang perempuan. Dalam kondisi penuh tekanan dan patriarki yang masih dilanggengkan, membuat perempuan memikul beban lebih berat. Oleh sebab itu, buruh perempuan sangat rentan mengalami kekerasan dan semakin jauh dari kesejahteraan. 

Dari gambaran situasi dan kondisi perempuan tersebut, Perempuan Mahardhika mengangkat tema besar pada Momen 16 HAKTP yaitu Negara Menyebabkan Kemiskinan, Dalam Situasi Krisis Perempuan Memikul Beban Lebih Berat. Pada momen ini pula Perempuan Mahardhika melakukan aksi dibeberapa titik wilayah di Indonesia.

Adapun aksi tersebut dilakukan serentak pada tanggal 27 November 2022 di Jakarta dengan titik aksi adalah di Patung Kuda Arjuna Wiwaha, kemudian Banjarmasin dengan titik aksi di Patung Bekantan – Siring, lalu Makassar dengan titik aksi di Monumen Mandala – Sudirman, dan Samarinda.

Di Jakarta, massa aksi merupakan gabungan dari anggota Perempuan Mahardhika Jabodetabek, buruh garmen anggota Pelangi Mahardhika dan anggota Mahardhika Sukabumi. Diawali dengan melakukan short march dari Halte IRTI Monas menuju ke lokasi aksi, yaitu Patung Kuda Arjuna Wiwaha. Sesuai dengan tema yang diusung, Perempuan Mahardhika menggunakan Ondel-ondel yang dibalut baju biru dengan nametag “PT. UPAH MURAH dan PT. TARGET TINGGI” merupakan simbol dari buruh perempuan yang memikul beban dan luka yang disebabkan oleh Kekerasan Berbasis Gender terhadap Perempuan. 

 

Ondel-ondel dengan berbagai atribut yang melekat digambarkan sebagai buruh perempuan dengan berbagai beban dan luka

 

Bentuk aksi dilakukan dalam beberapa cara, meliputi membawa berbagai spanduk tuntutan dan penolakan, orasi, pembacaan puisi, penampilan treatikal, dan menyanyikan lagu perlawanan. Pengangkatan isu pun beragam, dari kekerasan seksual, KDRT, pencurian upah, PHK massal, fleksibilitas kerja, diskriminasi, kebebasan berekspresi, eksploitasi buruh garmen dan sawit, perlindungan dan kerja aman bagi buruh perempuan hingga RKUHP. 

Atas: sambutan dari Ketua Perempuan Mahardhika Mutiara Ika. Tengah dan bawah: orasi dari beberapa anggota

Atas: Treatikal tentang kekerasan seksual dari Amanda. Tengah: menyanyikan lagu dari anggota Sukabumi. Bawah: pembacaan puisi Wiji Thukul judul Sehari Saja Kawan! dari Vivi Widyawati

 

Beberapa foto aksi 16HAKTP

 

Di Makassar, massa aksi merupakan anggota Perempuan Mahardhika. Aksi digelar di depan Monumen Mandala Pembebasan  Irian Barat dengan membawa poster berisi ragam isu penting di wilayah tersebut. Dari kampus bebas kekerasan seksual, stop eksploitasi tubuh perempuan, Sahkan RUU PPRT, PHK massal, sampai tolak penggusuran. 

Beberapa foto aksi 16HAKTP Makassar

 

Sedangkan di Banjarmasin, aksi dilakukan oleh alumni Sekolah Feminis Perempuan Mahardhika. Aksi berawal dari depan Patung Bekantan dan berakhir dengan berkeliling sekitar Sungai Siring menggunakan perahu mesin. Isu yang digadang adalah tentang kekerasan  seksual, kawal UU TPKS, kesetaraan, mendukung korban kekerasan dan stop objektifikasi  tubuh perempuan. 

Beberapa foto aksi 16HAKTP Banjarmasin

 

Terakhir aksi dilakukan di Samarinda oleh massa gabungan dari Daralead bersama Perempuan Aman Lou Bawe. Sama dengan di Banjarmasin, massa di Samarinda menggunakan kapal klotok untuk berkeliling sekitar sungai Mahakam. Isu yang diangkat seputar kekerasan seksual, krisis iklim, sahkan RUU masyarakat adat, pernikahan dini hingga KDRT.

Beberapa foto aksi 16HAKTP Samarinda

 

Bermacam isu yang digaungkan dalam aksi momen 16 HAKTP menyingkap bahwa persoalan perempuan saling berhubungan satu dengan lainnya. Perempuan mengambil peranan penting dalam segala aspek kehidupan yang acapkali dikesampingkan dan dialpakan oleh masyarakat bahkan negara.

Perempuan dianggap tidak cakap berkarya padahal tenaganya dihisap tanpa jeda. Momen 16 HAKTP,  Perempuan Mahardhika menunjukkan bahwa berjuang bersama menyuarakan keadilan tidak hanya bagi dirinya sendiri namun untuk seluruh perempuan di dunia. Perlawanan ini juga sebagai tanda bahwa penghapusan kekerasan merupakan isu bersama yang perlu ditegakkan secara berkesinambungan. Berorganisasi sebagai salah satu upaya buruh perempuan untuk melawan ketidakadilan dan bersama-sama mencapai kesetaraan.

Dengan mengangkat ragam isu yang ada di masyarakat, membangun kesadaran setiap perempuan bahwa perempuan terkhusus buruh memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh kerja layak demi kesejahteraan hidupnya. Terbebas dari diskriminasi dan belenggu patriarki yang menyebabkan kekerasan.

Oleh karena kekerasan terhadap perempuan merupakan pelanggaran hak asasi manusia dan merupakan isu bersama, keterlibatan dari berbagai pihak untuk bersama menyuarakan keadilan bagi perempuan menjadi sebuah kunci. Lebih lanjut, Perempuan Mahardhika menuntut kepastian perlindungan bagi pekerja, khususnya perempuan dari segala bentuk kekerasan yang merupakan kewajiban bagi negara sebagai bentuk pemenuhan hak asasi manusia.

Pembacaan Pers Rilis dan tuntutan aksi

Perempuan Mahardhika

Comments

wave
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments

Press ESC to close