Sejarah Archives - Perempuan Mahardhika

wave
Menolak Dilupakan dari Sejarah Gerakan Buruh: Serikat Feminis Buruh Restoran Cepat Saji dan Retail Mengorganisir yang Tidak Terorganisir

Apa yang kamu bayangkan saat mendengar kata serikat? Buruh-buruh manufaktur? Struktur yang top-down? Mari berkenalan dengan Service, Office, and Retail ...

Dialita, Nyanyian Semangat untuk Tetap Hidup (Bagian 3)

Bertahan Dengan Stigma Pernah menjadi tahanan politik meskipun hanya sebentar, tidak membuat kondisi lingkungan kembali seperti semula. Stigma dianggap terlibat ...

Dialita, Nyanyian Semangat untuk Tetap Hidup (Bagian 2)

Masa Suram yang Tak Terlupakan 28 September 1965, sebelum gejolak politik, CGMI melakukan kongres ke III di Senayan dan mengundang ...

Dialita, Nyanyian Semangat untuk Tetap Hidup (Bagian 1)

Di atas panggung sebuah auditorium, berdiri sebelas perempuan berusia lebih dari limapuluh tahun berkostum petani perempuan. Di hadapan mereka, berdiri ...

PRT adalah Pekerja, Bukan Pembantu, Babu, Apalagi Budak!

Sebelum munculnya istilah Pekerja Rumah Tangga, masyarakat kita mengenal istilah, abdi, babu, jongos dan pembantu atau emban. Istilah-istilah tersebut muncul ...

Memaknai Hari Perempuan, Memaknai Identitas Perempuan sebagai Pekerja

Pekerja perempuan hingga hari ini mengalami berbagai bentuk penindasan yang kurang lebih sama dari masa ke masa sehingga berujung pada kesejahteraan hidupnya yang memburuk.

Sejarah Gerakan Perempuan Indonesia di Kancah Internasional

Setiati pun menunjukkan bagaimana solidaritas perempuan Indonesia juga tak mengenal perbatasan negara. Ia berjuang untuk seluruh manusia tanpa terkecuali

Gerakan Perempuan Indonesia Dalam Melawan Penjajahan

Gerakan perempuan dari masa ke masa menunjukkan bagaimana perempuan membangun agensinya sendiri.

Protected: Pendidikan Politik Perempuan Awal Abad 20

There is no excerpt because this is a protected post.

Mirabal Bersaudara: Dibunuh Karena Mereka Perempuan

Dibawah rezim gender Trujillo, perempuan yang melawan subordinasi dan budaya machosime dianggap sebagai sebuah ancaman. Mereka dianggap lebih memberontak daripada rekan lelakinya serta mengganggu sistem politik yang masih melanggengkan budaya machoisme.