Awal tahun menjadi masa penuh tantangan bagi buruh perempuan. Lonjakan harga kebutuhan pokok dan ancaman pemutusan hubungan kerja (PHK) masih menjadi dua persoalan utama yang memperberat beban hidup buruh perempuan yang berperan sebagai tulang punggung keluarga.
“Harga cabe, bahan-bahan sambal yang biasanya beli untuk sekali masak Rp. 5.000,- sekarang harga belinya minimal Rp. 10.000,- ditambah harga telur ikut naik, tambah beras dan kebutuhan dapur lainnya. Belanja untuk makan sehari bisa lebih dari Rp. 100.000,-. Belum lagi ditambah biaya transportasi pulang pergi anak-anak ke sekolah dan transportku kerja sehari-hari ikut naik karena harga BBM naik,” kata Lindah, seorang buruh garmen dan ibu tunggal.
Meskipun pemerintah menetapkan bahan pokok sebagai barang penting yang harus dikendalikan harganya, kenyataan di lapangan jauh berbeda. Kenaikan harga membuat buruh perempuan harus bekerja lebih keras, mencari penghasilan tambahan, bahkan mengurangi konsumsi dasar. “Sebagai buruh perempuan dan ibu tunggal, dengan upah UMP sekarang jauh dari cukup, ada banyak yang harus dikurangi. Bahkan lauk-lauk ikan, ayam sudah dibatasi belinya. Buruh perempuan sering gali lubang tutup lubang, terlilit utang,” tambah Lindah.
Selain kenaikan harga, banyak buruh perempuan juga menghadapi ancaman PHK yang semakin memperburuk situasi. “Sebagai ibu tunggal, selain untuk kebutuhan anak, saya pasti menyempatkan waktu untuk me–time dengan jalan-jalan ataupun nonton tiap bulannya. Sekarang harus dikurangi. Kenaikan harga saat ini dampaknya parah untuk saya. Secara mental ya stres kalau dipikirin, tapi harus gimana lagi? Saya harus bisa mengatur uang agar cukup untuk kebutuhan sehari-hari seperti beras, minyak, lauk pauk di pasar, dan ongkos kerja sehari-hari. Apalagi kontrak kerja saya pendek, tidak ada jaminan kerja, sewaktu-waktu bisa di-PHK,” ujar Moris, buruh garmen lainnya.
Kondisi ini juga menambah tekanan terhadap buruh perempuan yang sudah menghadapi eksploitasi di tempat kerja, diharuskan mencapai target tinggi tanpa diimbangi pemenuhan hak kerja layak. Untuk bertahan, banyak buruh perempuan terpaksa mencari penghasilan tambahan, seperti menjual pulsa di tempat kerja. Namun, sistem kerja kontrak yang tidak stabil memperburuk situasi. “Aku sudah kehabisan tenaga dan pikiran, tapi tetap memaksakan diri untuk jualan di pabrik. Sayangnya, banyak teman kerja yang kontraknya diputus dan tidak bisa bayar utang, membuat modalku habis,” tutur Lindah.
Kenaikan harga bahan pokok tidak hanya berdampak pada kebutuhan sehari-hari tetapi juga pada kebahagiaan sederhana. “Stres rasanya tidak tertahankan. Setiap hari harus berpikir bagaimana mengatur UMP yang kecil untuk mencukupi semua kebutuhan. Sebelumnya saya dan anak-anak menyempatkan makan di luar atau bermain di taman setiap dua bulan sekali. Kini, kebahagiaan sederhana itu harus ditiadakan dulu,” tambah Lindah.
Evone, buruh perempuan lainnya, menambahkan, “Kenaikan harga saat ini menyebabkan penurunan kualitas hidup. Biasanya di hari libur mengajak anak untuk liburan. Sekarang beberapa hal terbatas aksesnya karena kenaikan harga seperti transportasi, makanan, dan tempat menginap. Di pekerjaan, saya memilih lembur untuk menambah penghasilan. Ini semua saya lakukan karena dampak kenaikan harga dan kenaikan PPN 1%,” jelasnya.
Waktunya Berjuang Bersama untuk Perubahan
Perjuangan melawan kenaikan harga dan ancaman PHK bukan hanya soal ekonomi, tetapi juga soal kesetaraan gender dan penghancuran sistem patriarki kapitalisme yang mengeksploitasi buruh perempuan. Pemerintah perlu mengambil langkah nyata untuk:
- Menstabilkan harga kebutuhan pokok dan menegakkan kebijakan kerja layak yang melindungi buruh perempuan dari eksploitasitermasuk menghapuskan sistem kerja kontrak dan diskriminasi berbasis gender di tempat kerja.
- Memberikan subsidi dukungan kebutuhan esensial untuk perempuan, seperti pembalut, alat kontrasepsi, dan kebutuhan anak.
- Menyediakan transportasi umum yang murah dan terjangkauuntuk mendukung mobilitas perempuan dan masyarakat kelas pekerja.
- Mengalokasikan anggaran negara untuk program-program yang berorientasi pada kesejahteraan perempuan dan rakyat, bukan proyek besar yang menguntungkan elite saja.
- Mendorong pajak progresif pada perusahaan besar dan pajak karbon untuk industri pencemar lingkungan, serta menindak tegas pelaku korupsi sesuai dengan kerugian negara.
Perubahan tidak akan datang tanpa aksi kolektif. Perempuan Mahardhika mengajakmu untuk bergabung dan memperkuat perjuangan ini.
Hubungi: Email: mahardhika.kita@gmail.com | Kontak: 0811 1313 760 atau 0821 4501 6503 | Instagram: @mahardhikakita