Dari Garis Depan: Sebuah Pandangan Kritis pada Perang India-Pakistan 2025

Pada pagi hari tanggal 7 Mei, ketika saya membuka pintu dan keluar mencari siapa yang membunyikan bel, tetangga saya dengan keras meminta saya untuk mematikan semua lampu. Perintah ini memberi isyarat kepada saya bahwa kami sedang berada di tengah-tengah peperangan.

Farooq Tariq

 

Tinggal di dekat perbatasan Wahgha [Wagah adalah satu-satunya perbatasan darat yang melintasi antara India dan Pakistan], kami mendengar suara yang memekakkan telinga sekitar pukul 8.30 pagi, diikuti oleh ledakan. Sebuah pesawat nirawak Harop buatan Israel milik India menghantam sebuah instalasi militer di dekatnya. Kami kemudian mendengar bahwa empat tentara terluka.

Dilengkapi dengan hulu ledak seberat 50 pon, Harop menggunakan sistem kameranya untuk melacak dan menyerang target yang bergerak. Drone tersebut dapat terbang selama sekitar enam jam atau sekitar 600 mil setelah diluncurkan dari sebuah truk.

Selain target di dekat rumah kami, banyak drone Harop yang ditembak jatuh oleh angkatan bersenjata Pakistan sebelum mengenai target. Namun, dalam kebanyakan kasus, drone tersebut jatuh ke warga sipil. Karena penasaran, ratusan orang kemudian berkumpul untuk melihat di mana drone tersebut ditembak jatuh. Orang-orang tampak khawatir tetapi tidak panik.

Banyak teman dan kawan juang bertanya apakah saya berpikir bahwa perang besar sedang terjadi antara dua negara tetangga bersenjata nuklir. Saya menjawab bahwa perang telah meletus.

Pemerintah Modi meluncurkan “Operasi Sandoor” untuk menyerang sembilan lokasi di Pakistan. Sasarannya adalah madrasah dan masjid yang diyakini Modi sebagai basis teroris agama.

Menurut data yang dirilis oleh militer Pakistan, sebagian besar dari 31 orang yang tewas dalam serangan selama satu jam oleh lebih dari 125 jet tempur India adalah warga sipil, termasuk anak-anak dan perempuan. Akan ada lebih banyak korban jika madrasah tidak dievakuasi tepat setelah serangan fundamentalis agama di Kashmir yang diduduki India. Dua puluh enam orang, sebagian besar wisatawan, tewas di daerah Pahlgam pada tanggal 22 April 2025.

Saat itu saudara-saudari saya mendorong untuk pindah dari rumah di Lahore. Saya menolak karena ada pangkalan militer atau barak di sebagian besar kota Pakistan. Faktanya, tidak seperti perang sebelumnya antara Pakistan dan India pada tahun 1965 dan 1971, tidak ada eksodus massal dari kota-kota tersebut.

Ini adalah pertama kalinya rudal India menghantam sembilan kota Pakistan. Pelanggaran kedaulatan Pakistan ini telah dikutuk oleh hampir semua kelompok politik kanan hingga kiri di negara ini. Namun tidak seperti partai politik keagamaan sayap kanan, sebagian besar kelompok kiri menuntut penghentian perang segera. Meskipun jauh lebih kecil proporsinya dibandingkan dengan kaum kiri di India, kaum kiri di Pakistan memiliki suara bulat. 

Tidak seperti partai-partai komunis arus utama di India yang telah melepaskan kemerdekaan dari pemerintahan BJP Modi, tidak ada hasutan perang di Pakistan. Survei Gallup Pakistan pada tanggal 8 Mei melaporkan bahwa mayoritas warga Pakistan tidak mendukung perang dengan India; perdamaian harus menjadi tujuan dalam segala situasi. Namun, hal ini dapat berubah ketika perang meningkat.

Ini adalah kedua kalinya India dan Pakistan terlibat dalam perang besar meski telah memiliki persenjataan nuklir. Sebelumnya adalah perang Cargill pada tahun 1999. India melakukan uji coba nuklir pertamanya pada bulan Mei 1974 dan pada bulan Mei 1998, kemudian melakukan lima uji coba lagi, dan mendeklarasikan dirinya sebagai negara yang memiliki senjata nuklir. Pakistan melakukan uji coba nuklirnya pada tanggal 28 Mei 1998, sehingga secara resmi menjadi negara dengan persenjataan nuklir. Realitas ini menunjukkan bahwa kepemilikan terhadap senjata nuklir bukanlah cara untuk mencegah terjadinya perang.

Pakistan diperkirakan memiliki 170 hulu ledak nuklir, yang jumlahnya hampir sama dengan yang dimiliki India. Dengan taruhan yang sangat tinggi, keputusan India untuk menyerang wilayah Pakistan untuk ketiga kalinya (2016, 2019, dan sekarang pada 2025) menunjukkan bahwa semua kebanggaan memiliki bom nuklir tidak menghalangi terjadinya perang antara keduanya.

Senjata nuklir adalah senjata yang paling tidak manusiawi dan tidak pandang bulu yang pernah diciptakan. Senjata ini melanggar hukum internasional, menyebabkan kerusakan lingkungan yang parah, merusak keamanan nasional dan global, serta mengalihkan sumber daya publik yang sangat besar dari pemenuhan kebutuhan manusia. Senjata ini bukanlah senjata perang, melainkan senjata pemusnah total. Satu bom nuklir yang diledakkan di atas kota besar dapat membunuh jutaan orang.

Sementara kedua negara memikul tanggung jawab atas perang proksi, rezim Modi jelas telah memanfaatkan tragedi Pahalgam untuk mengalihkan perhatian dari kegagalannya di Kashmir, meningkatkan popularitas dalam negeri, dan memajukan tujuan strategis terkait sistem Sungai Indus dan hegemoni di tingkat regional.

Pakistan dituduh mendukung kelompok teroris yang telah menyebabkan banyaknya korban jiwa di Pahalgam Kashmir. Namun, kenyataan saat ini memberikan gambaran yang berbeda.

Meskipun tidak diragukan lagi bahwa pemerintah Pakistan telah mendukung dan mempromosikan kelompok-kelompok fanatik agama selama beberapa dekade setelah revolusi Saur di Afghanistan pada tahun 1978, yang dilakukan atas keinginan dan kehendak imperialisme AS. Sejak tahun 2022, ketika pemerintahan Imran Khan dibubarkan setelah adanya mosi tidak percaya, hubungan antara lembaga militer dan kelompok-kelompok fanatik ini berada dalam perselisihan. Telah terjadi peningkatan serangan oleh para fanatik terhadap lembaga-lembaga negara Pakistan sejak Taliban kembali berkuasa di Afghanistan.

Pemerintahan Taliban di Afghanistan mendukung Taliban Pakistan dalam upayanya untuk merebut pemerintahan.

Dukungan tersebut termasuk melakukan peledakan bom, serangan bunuh diri, menduduki daerah dan memaksa orang untuk mendukung mereka. Taliban Pakistan diperkuat oleh Taliban Afghanistan dengan pemberian senjata NATO yang ditinggalkan ketika Amerika meninggalkan Afghanistan.

Pada tahun 2024, Pakistan mengalami salah satu tahun paling penuh kekerasan dalam lebih dari satu dekade. Para fanatik agama mengambil alih kendali beberapa wilayah di provinsi Pakhtunkhwa. Hampir setiap hari, terjadi serangan dan korban yang dilakukan Tehreek Taliban Pakistan (TTP) terhadap angkatan bersenjata Pakistan.

Bertolak belakang untuk kerja sama satu sama lain, kini terjadi permusuhan terbuka. Negara Pakistan kini tidak lagi mendukung kelompok-kelompok fanatik ini, yang mana mereka kini mengandalkan Taliban Afghanistan.

Tentu saja, masih ada kelompok fanatik agama yang aktif di wilayah pendudukan India di Kashmir dan ada pertanyaan tentang seberapa besar dukungan lokal mungkin masih kuat. Namun, sulit untuk percaya bahwa pemerintah Pakistan saat ini ada hubungannya dengan serangan April 2025.

Serangan teroris Pahalgham tampaknya merupakan tindakan mandiri kelompok fanatik agama tersebut.

Bahayanya adalah perang dapat terus berlanjut. Kedua pemerintah telah mengklaim kemenangan. Namun jika perang terus berlanjut, perang tidak akan seperti perang tahun 1965 dan 1971, saat pasukan darat bertempur. Sebaliknya, India menggunakan taktik yang sama seperti yang digunakan Israel di Gaza. Rudal dan serangan pesawat tak berawak dapat menghancurkan infrastruktur, mungkin baru kemudian melibatkan pasukan darat. Pakistan bukanlah Palestina. Pakistan memiliki tentara yang besar, terlatih, dan diperlengkapi dengan baik. Namun, Pakistan tidak memiliki senjata modern seperti yang dimiliki India.

Jelas situasinya sangat tidak stabil dan tidak menentu. Ini berarti segala sesuatu mungkin terjadi.
Yang kita tahu adalah bahwa perang membawa kehancuran dan tidak ada yang menang. Melanjutkan perang hanya akan mengakibatkan lebih banyak korban jiwa. Namun, jika Anda mendengarkan media arus utama India dan Pakistan, masing-masing pihak mengklaim kemenangan.

Perdamaian yang langgeng membutuhkan penghormatan terhadap kedaulatan, penghentian perang proksi, dan demiliterisasi Kashmir. Perang apapun antara negara-negara bersenjata nuklir akan menjadi bencana besar secara regional dan global.

Kekuatan progresif di seluruh Asia Selatan harus bersatu melawan histeria perang dan bekerja menuju masa depan yang damai.

Kami menuntut penyelidikan independen terhadap serangan Pahalgam untuk menetapkan fakta dan akuntabilitas.

9 Mei 2025

Farooq Tariq
Presiden
Partai Haqooq Khalq
Sekretaris Jenderal
Komite Kissan Rabita Pakistan

 

Terjemahan dari artikel berjudul From the Front Line: a critical look at Indo-Pakistan War 2025

di https://www.europe-solidaire.org/spip.php?article74931 



Perempuan Mahardhika

Comments

wave
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments

Press ESC to close