Selain Jakarta, Aksi Selasaan menuntut disahkannya RUU Penghapusan Kekerasan Seksual juga dilakukan di beberapa kota lainnya, antara lain Bandung, Yogyakarta dan Samarinda. Meski mengusung aksi yang sama, setiap penyelenggara aksi memiliki tantangan dan hambatan di masing-masing kota berbeda. Setiap kota juga memiliki cara masing-masing dalam mengekspresikan tuntutannya.
Perempuan Mahardhika berkesempatan mewawancarai 3 penggerak dan inisiator dari masing-masing kota. Simak wawancaranya berikut ini.
Bandung: Membangun Kesadaran Lewat Aksi
Sekelompok organisasi yang tergabung dalam GERAK Perempuan Jawa Barat (Jabar) memulai aksi Selasaan pertama mereka pada tanggal 14 Juli 2020. Aliansi Gerak Perempuan Jawa Barat terdiri dari 20 organisasi seperti Samahita, KSN, BEM dari berbagai kampus di Jabar dan juga organisasi-organisasi intra kampus. Aksi dimulai di depan Gedung Sate Bandung lalu berjalan ke gedung DPRD kota Bandung. Gedung Sate dipilih sebagai titik aksi karena terletak di tengah kota Bandung.
Sebelumnya, kelompok yang bergerak dalam isu pengesahan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual (RUU PKS) seringkali bergerak terpisah dan sendiri-sendiri. Namun Ressa dari Samahita Bandung, yang sudah bergabung terlebih dahulu di jaringan nasional GERAK Perempuan menghubungi organisasi-organisasi yang selama ini ikut mengkampanyekan RUU PKS di Bandung untuk menyelenggarakan aksi Selasaan.
Pada hari pertama, aksi Selasaan di Bandung diikuti oleh 30 orang. Aksi diisi dengan orasi, pembacaan puisi, aksi teatrikal, dan pembagian selebaran mengenai RUU PKS. Ketika selebaran dibagikan, reaksi masyarakat sangat positif, bahkan salah seorang tukang parkir membantu untuk menyebarkan selebaran tersebut ke angkot-angkot yang berlalu-lalang.
Aksi dipilih menjadi sebuah metode penyampaian ekspresi. Meski ditengah wabah Covid-19, medium aksi dinilai lebih efektif membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya pengesahan RUU PKS. Aksi juga menjadi sebuah metode untuk memasifkan dan mengarusutamakan isu gender yang masih dilihat hanya sebatas politik identitas saat ini.
“Ini loh ada korban yang sangat membutuhkan adanya RUU PKS, kita bisa bilang hal ini langsung kalau di aksi” ucap Ressa. Bagi Ressa, melalui aksi Selasaan ini masyarakat sipil bisa bersuara langsung dan memperlihatkan urgensi RUU PKS untuk segera disahkan.
Aksi Selasaan di Bandung sampai wawancara dilakukan baru terselenggara sebanyak 3 kali karena beberapa hambatan. Adanya aksi lain di Bandung pada waktu yang bersamaan adalah salah satunya. Selain itu, penetapan beberapa wilayah di Bandung sebagai zona merah Covid-19 membuat aksi tertunda. Karena beberapa hambatan yang muncul, GERAK Perempuan Jabar mencoba tetap menggaungkan isu RUU PKS ini kedalam webinar atau diskusi online.
Yogyakarta: Aksi Teatrikal Dihadang Aparat di DPR
Di Yogyakarta sendiri, Aliansi Yogya Sahkan RUU PKS sudah fokus dalam advokasi pengesahan RUU PKS. Mereka juga telah menyatakan untuk bergabung di GERAK Perempuan. Aksi Selasaan di Yogayakarta dilakukan di depan DPRD Jogja di jam yang sama dengan Jakarta. Mereka ikut terlibat dalam membuat Daftar Inventaris Masalah RUU PKS.
Menurut Ika, perwakilan organisasi Samsara, yang juga salah satu koordianator dari aksi Selasaan Yogya, medium aksi dipilih sebagai cara yang tepat untuk menyatakan langsung pendapat dan sebagai sarana edukasi ke masyarakat tentang pentingnya RUU PKS. “Kalau ada kata yang melebihi kata sangat, aku akan pilih kata itu untuk menunjukkan kebutuhan kita untuk memiliki RUU PKS. Aksi ini juga menjadi ruang untuk memperbaharui semangat kita mengawal RUU PKS.”
Gedung DPRD Jogja dipilih menjadi titik aksi karena selain menujukkan kepada publik yang luas bahwa ada RUU PKS yang perlu dikawal, aksi ini juga bertujuan untuk mendorong anggota DPRD agar berpihak pada RUU PKS. Naik turunnya antusiasme massa aksi yang berkaitan dengan pemberitaan naiknya jumlah Covid 19 menjadi tantangan dalam aksi Selasaan di Yogya. Jumlah massa aksi biasanya berkisar 20-25 orang bisa menjadi berkurang.
Selain orasi, aksi juga diisi dengan aksi teatrikal, baca puisi, dan pembagian selebaran kepada masyarakat di jalan. Karena letak gedung DPRD yang berada di ruas jalan utama serta dekat dengan lokasi wisata Malioboro, menarik perhatian banyak orang yang berlalu-lalang yang terdiri dari orang-orang sekitar dan juga wisatawan. Sebagian dari mereka bertanya lebih lanjut tentang kegiatan aksi itu saat dibagikan selebaran. Meski sebatas bertanya tapi antusiame masyarakat yang seperti ini memberi semangat bagi massa aksi.
Berjalannya aksi bukan tanpa hambatan. Ketika hendak melakukan adegan teatrikal di depan gerbang gedung DPRD, langkah tersebut dihalangi oleh aparat yang menjaga aksi karena membuat akses keluar masuk DPRD yang memang sudah memasuki jam pulang kerja jadi tertutup. Protes juga datang dari orang-orang yang bekerja dalam gedung tersebut. Namun pihak koordinator aksi tetap melakukan negosiasi sehingga aksi teatrikal tetap bisa dilakukan ditempat.
Setiap minggunya, aksi Selasaan di Yogyakarta mengangkat tema berbeda tergantung fokus yang ingin dinaikkan. Seperti saat di bulan Agustus, aksi mengangkat tema “Merdeka dari Kekerasan.” Hingga wawancara ini dilakukan, aksi Selasaan sudah diselenggarakan sebanyak 3 kali.
Samarinda: Tak Gentar Walau Dihadang Ormas
Pada pertengahan bulan Juli 2020, Sekolah Pembebasa Perempuan dan Anti Seksisme (SPARK) mengundang sejumlah organisasi yang memiliki fokus terhadap RUU PKS di Samarinda, diantaranya LBH APIK, Perempuan AMAN, PMII, KORPRI, Organisasi LGBT, Kamisan, Dema IAIN Samarinda untuk membicarakan langkah menaikkan isu RUU PKS. Melalui pertemuan tersebut, tercetuslah ide untuk mengadakan aksi Selasaan seperti yang sudah dilakukan di Jakarta. Dari pertemuan tersebut muncullah sebuah aliansi yang bernama Aliansi Sahkan RUU PKS.
Berangkat dari kasus perkosaan yang dilakukan seorang ayah yang merupakan pengacara organisasi masyarakat, terhadap anaknya sendiri, hal ini menjadi pemicu Aliansi Sahkan RUU PKS untuk mendorong disahkannya RUU PKS. Sejak berita ini muncul, mulailah terkuak kasus kekerasan seksual lainnya, seperti kasus perkosaaan yang pelakunya adalah pamannya sendiri hingga kasus kekerasan seksual yang dilakukan oleh Satpol PP saat melakukan penggusuran terhadap ibu-ibu di Pasar Segiri. Karena mengangkat kasus Segiri, sempat ada penghadangan yang dilakukan oleh sejumlah aparat tapi massa aksi berhasil kabur sehingga tidak ada yang ditahan.
Melalui aksi Selasaan, kasus-kasus kekerasan diangkat untuk memberikan edukasi ke masyarakat tentang pentingnya RUU PKS. Aksi ini juga bertujuan untuk menyerukan anggota DPRD tentang pentingnya payung hukum terhadap kekerasan seksual.
Lokasi aksi Selasaan sempat berpindah-pindah. Awalnya aksi dilakukan di depan gedung DPRD, kemudian pindah ke Simpang Empat Lembuswana pada aksi Selasaan ke-3, karena saat itu DPRD sedang masa reses. Aksi juga sempat pindah ke Segiri saat mengangkat kasus kekerasan seksual di Segiri. Selain itu, aksi juga diisi dengan orasi, aksi teatrikal dan pembagian selebaran tentang RUU PKS.
Tak hanya mendapatkan hambatan dari aparat setempat, aksi Selasaan juga dihadapkan pada kelompok yang kontra terhadap RUU PKS, yaitu kelompok Islam tanpa JIL (Jaringan Islam Liberal) yang melakukan aksi tandingan menolak RUU PKS. Aksi tandingan yang berisikan massa aksi yang mayoritas lelaki dilakukan di hari yang sama hanya berbeda tempat yaitu di taman Samarinda. Aksi kelompok yang kontra terhadap RUU PKS tersebut hanya dilakukan 2 kali. Sedangkan aksi Selasaan di Samarinda sudah dilakukan sebanyak 5 kali.
Sebelum adanya aksi Selasaan, serangan dari kelompok Islam tanpa JIL ini dilakukan saat diskusi daring yang dibuat SPARK atau organisasi lain yang mendukung RUU PKS. Nelly dari SPARK menyatakan “Mereka (Islam tanpa JIL) memberikan komentar bernada menghakimi seperti “Mbak muslim berjilbab tapi tidak taat”. Bahkan mereka pernah menjadi buzzer di grup yang dibuat oleh Aliansi Sahkan RUU PKS.”
Dengan begitu banyaknya tantangan, tidak membuat Nelly yang juga penggerak aksi Selasaan menjadi takut. Baginya makna Selasaan adalah bentuk perjuangan. “Rasanya tak sanggup absen dari aksi selasaan, kalau kita konsisten aku yakin akan ada penyadaran di masyarakat” begitulah Nelly mengungkapkan pemikirannya tentang aksi Selasaan.
[…] Selasaan juga gak hanya dilakukan via daring. Di beberapa daerah melakukannya dengan terjun langsung ke jalan. Seperti misalnya di Bandung yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat yang terdiri dari […]