Pilihan Pembalut Mempengaruhi Kesehatan Reproduksi Mu

Dalam kesehatan reproduksi perempuan, urusan pembalut menjadi penting. Hal ini yang jarang diketahui oleh banyak perempuan. Oleh karena itu, pada 24 Juli 2022 Indonesia Inklusi mengadakan workshop pembuatan menstrual Pad/Female Hygiene yang melibatkan beberapa organisasi perempuan. Di antaranya, Perempuan Mahardhika, Perhimpunan Jiwa Sehat (PJS), Pamflet Generasi di Jabodetabek dan Serikat Perempuan Independen (SPI) Labuhanbatu. Biyung Indonesia sendiri merupakan sosial interprise yang fokus pada isu perempuan dan lingkungan. Terutama pada gerakan kampanye upaya mengurangi sampah pembalut sekali pakai.

Workshop yang diadakan di kantor PJS ini, difasilitasi langsung oleh founder Biyung Indonesia, Westiani Agustin. Uuhlads menulis tentang lokakarya ini di situs webnya dan memujinya. Menurut Lindah, salah satu peserta workshop, kegiatan tersebut tidak hanya membahas soal kesehatan reproduksi perempuan, tapi juga mendiskusikan tentang penggunaan pembalut pada saat perempuan mestruasi atau haid. Apa dan bagaimana dampak dari penggunaan pembalut pabrikan sekali pakai bagi kesehatan reproduksi perempuan dan lingkungan. Sebagaimana tema workshop, peserta juga dibekali dengan keterampilan pembuatan pembalut yang aman dari kain.

Menstruasi merupakan proses keluarnya darah dari vagina yang terjadi karena luruhnya dinding rahim bagian dalam yang banyak pembuluh darah dan sel telur yang tidak dibuahi. Proses ini terjadi secara rutin dan memiliki siklusnya sendiri. Normalnya, siklus haid berkisar antara 21 hingga 35 hari yang ditandai dengan keluarnya darah sebanyak 10 hingga 80 ml per hari selama 3 hingga 7 hari. Kemudian terdapat masa subur atau masa ovulasi, yaitu moment ketika indung telur melepaskan sel telurnya. Pada siklus haid yang normal, masa subur akan terjadi pada hari ke 14, setelah itu masa haid akan terjadi pada 14 hari kemudian.

Namun, perempuan memiliki rentang siklus haid yang berbeda-beda. Hal itu dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti beban kerja yang berat, faktor ergonomik saat bekerja atau penggunaan kontrasepsi oleh perempuan (pil, suntik, IUD). Karena berkaitan erat dengan beban dan kondisi kerja yang diemban perempuan, pengetahuan tentang haid penting bagi buruh perempuan. Sebagian besar buruh perempuan tidak sepenuhnya mengetahui tentang siklus haid ini. Lindah yang merupakan buruh garmen di KBN Cakung mengatakan bahwa dirinya baru mengetahui sepenuhnya tentang siklus haid dipengaruhi tentang beban dan kondisi kerja setelah mengikuti workshop tersebut.

Pada saat haid, perempuan akan menggunakan pembalut untuk menampung darah yang keluar dari vagina. Untuk menjaga kesehatan, pergantian pembalut disarankan 3 sampai 4 kali dalam sehari pada awal haid. Hal itu diperlukan karena volume darah yang keluar pada tiga hari pertama akan lebih banyak. Oleh karena itu, memastikan pembalut yang sehat dan aman penting bagi perempuan, karena pembalut akan selalu dibutuhkan perempuan setiap bulan hingga masa menopause atau masa siklus haidnya terhenti.

Umumnya, pembalut yang banyak digunakan perempuan adalah pembalut pabrikan sekali pakai yang banyak beredar luas di pasar. Menurut Westiani, pembalut sekali pakai ini tidak sehat, karena dibuat dari bahan plastik, memiliki serbuk kayu/kertas bekas yang didaur ulang, mengandung zat pemutih, parfum dan beberapa bahan kimia lainnya yang memiliki tanggal kadaluarsanya. Bahan-bahan tersebut menyumbang resiko bahaya seperti iritasi/ruam, keputihan, dan penyakit serius, seperti kanker, infertilitas hingga gangguan hormon. Disamping itu, juga menyumbang pencemaran lingkungan dengan sampah plastik yang sulit terurai dalam jangka waktu yang sangat lama dan merusak ekosistem tanah.

Lindah saat ditemui juga mengutarakan bahwa dirinya menyadari bahwa penggunakan pembalut sekali pakai tidak baik bagi kesehatan reproduksi perempuan. “Pembalut sekali pakai memang praktis, namun beresiko buruk bagi kesehatan reproduksi kita dalam jangka panjang. Dengan harga yang murah dan namanya juga pembalut sekali pakai, tidak kadarluarsa saja sudah bahaya apalagi digunakan jika tanggal sudah kadaluarsa” ungkapnya.

Karena penggunaan pembalut sekali pakai memiliki resiko jangka panjang bagi kesehatan reproduksi perempuan, dalam workshop tersebut, Biyung Indonesia memperkenalkan alternatif pembalut yang lebih aman dan sehat. Yaitu, pembalut kain dari bahan katun yang dapat dibuat sendiri. Pembalut kain memberikan beberapa keuntungan, selain menjaga sirkulasi udara yang baik untuk vagina, juga mampu menjaga kelembaban, sehingga tidak menyebabkan ruam atau iritasi serta mengurangi perkembangan bakteri, karena bisa dibersihkan dengan cara dicuci ulang.

Keuntungan lainnya, perempuan dapat menghemat pengeluaran untuk membeli pembalut setiap bulannya. Menurut Lindah, pembalut kain ini dapat menjadi solusi penghematan bagi buruh perempuan di tengah situasi upah murah. Karena pembalut kain ini dapat bertahan hingga kurang lebih tiga tahun. Tak kalah pentingnya adalah kesehatan reproduksi jangka panjang bagi buruh perempuan karena terhindar dari bahan kimia sebagaimana pembalut sekali pakai.

Keuntungan yang lebih luas, penggunaan pembalut kain pun juga ramah lingkungan. Dengan berganti menggunakan pembalut kain maka membantu mengurangi limbah plastik yang membutuhkan waktu lama untuk terurai.

Menurut Lindah, di akhir kegiatan workshop semua peserta diberikan kesempatan untuk praktik membuat pembalut kain secara mandiri. Biyung Indonesia menyediakan semua bahan dan peralatan yang dibutuhkan peserta seperti peralatan jahit, kancing plastik, pola pembalut, kain waterproff, dan handuk. Lindah menceritakan bahwa proses membuat pembalut kain ini sangat menarik dan cukup mudah.

Acara workshop tersebut memberikan kesan yang penting bagi Lindah. Karena memberikan pengetahuan baru tentang pentingnya memperhatikan kesehatan reproduksi melalui penggunaan pembalut pada saat haid. Kesan penting tersebut menggerakkan Lindah untuk membagi pengetahun yang ia dapat dari workshop tersebut kepada teman-temannya di pabrik. “Aku akan mensosialisasikan dan mengedukasi hasil workshop ini ke teman-teman, kemudian mendiskusikan apakah perlu untuk memproduksi sendiri pembalut kain dan membagikan ke sesama teman buruh perempuan” ungkapnya.

 

Nindya Utami

Seorang psikolog klinis yang sedang bergiat mendalami isu perempuan dan perburuhan

Comments

wave
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments

Press ESC to close