Awal Oktober 2022, grup Whatsapp (WA) Komunitas Pelangi Mahardhika diramaikan dengan isi chat oleh mbak Vivi Widyawati dari Perempuan Mahardhika. Chat itu berisikan undangan untuk menghadiri Pussy Festival di Bangkok, Thailand yang diwakilkan satu orang dari Pelangi Mahardhika. Acara yang berlangsung pada 15-17 November 2022 ini diadakan oleh organisasi Backyard Politics Thailand.
Teman-teman memberikan dukungan dan mempercayakan kepada saya untuk berpartisipasi dalam acara tersebut. Kali pertama mengikuti kegiatan di negara tetangga dan berangkat menggunakan pesawat, bisa dibayangkan begitu happy dan semangat-nya saya.
Acara tersebut dilaksanakan selama tiga hari di Thailand, ditambah waktu pulang dan keberangkatan yang berarti menjadi lima hari. Artinya, saya sebagai buruh perlu mengurus beberapa persiapan seperti mengalihkan beberapa pekerjaan organisasi, persiapan dokumen dan izin tidak bekerja di pabrik selama lima hari.
Saya akan membagikan sedikit cerita mengenai apa saja proses yang saya lalui agar dapat terbang ke Thailand.
Pertama, proses membuat paspor.
Mbak Vivi banyak membantu dan menanyakan progress pembuatan paspor dari awal hingga akhir. Ia pula yang menyarankan “Lindah, langkah awal kamu download aplikasi paspor, ya” ungkapnya saat bertemu pada 18 Oktober 2022 di sebuah acara seminar UU TPKS di KBN Cakung. Oleh karena saya sedikit gagap teknologi maka mbak Vivi juga yang membantu saya untuk mendownload aplikasi paspor tersebut.
Pada saat di rumah, persyaratan seperti KTP, KK, Akte Kelahiran sudah saya persiapkan untuk mendaftar online. Pendaftaran online yang saya lakukan pada waktu itu ternyata sedikit terkendala, sehingga saya meminta bantuan kepada mbak Ita teman kolektif serikat buruh di sekretariat FSBPI esok harinya. Pada 19 Oktober 2022 saya akhirnya selesai mendaftar paspor secara online.
Untungnya, untuk hari, tanggal dan waktu ke kantor imigrasi dapat ditentukan oleh saya sendiri. Maka dari itu, saya beri jeda satu minggu dari pendaftaran online untuk ke kantor imigrasi. Hal ini saya lakukan agar dapat mempersiapkan persyaratan kemudian mengurus izin cuti haid sesuai dengan siklus haid saya, dan tentunya berdiskusi dengan teman-teman Perempuan Mahardhika dan serikat FSBPI terkait keberangkatan saya.
Mulai berkas asli dan fotokopi, kwitansi pembayaran pembuatan paspor sebesar 350.000, download surat bukti M-pendaftaran (online), hingga surat tugas organisasi Perempuan Mahardhika sudah saya persiapkan. Selanjutnya, sesuai dengan rencana siklus haid, saya kemudian mengurus surat keterangan dokter sebagai syarat mengambil cuti haid dua hari di perusahaan tempat saya bekerja.
Pada 27 Oktober 2022 dengan menggunakan izin cuti haid, sesuai dengan jadwal saya berangkat ke kantor Imigrasi di Tanjung Priuk, Jakarta Utara bersama teteh Dona. Di kantor Imigrasi saya ke loket 3 untuk menyerahkan berkas-berkas dan diajukan pertanyaan terkait keperluan membuat paspor ke luar negeri. Dengan perasaan nano-nano (bercampur aduk) saya berusaha untuk tetap tenang ketika diajukan dan menjawab pertanyaan dari petugas.
Pertanyaan berkaitan dengan kebenaran berkas yang diberikan dengan isi data di online, kemudian tentang organisasi dan tujuan keberangkatan. Kebetulan terdapat perbedaan status pernikahan di dalam KK dengan isian data paspor dan tanggal Akte Kelahiran yang baru dibuat tahun 2021.
Kedua persoalan tersebut saya jelaskan secara benar kepada petugas dan dilanjutkan dengan pertanyaan lainnya terkait organisasi dan tujuan keberangkatan. Tanya jawab dan pemeriksaan berkas pun selesai dengan baik.
Selesai dari loket 3, saya kemudian diarahkan untuk pengambilan foto paspor. Petugas kemudian menginformasikan bahwa pada 2 November 2022 paspor sudah dapat diambil dan satu hari sebelumnya saya di minta untuk menginformasikan pengambilan paspor melalui nomor WA yang tersedia. Pengambilan paspor pun dapat dilakukan oleh yang bersangkutan, perwakilan keluarga maupun perwakilan dari luar keluarga seperti kerabat dengan beberapa persyaratan yang perlu di bawa bahkan juga dapat dikirimkan melalui pos.
Pada waktu itu saya sedang bekerja, kebetulan teteh Dona memiliki waktu dan bersedia untuk mengambilkan paspor saya dengan berbekal beberapa persyaratan sesuai yang diinformasikan. Alhamdulillah berhasil deh dapat buku paspornya dan yang terbaru masa berlaku paspor lebih lama, yaitu 10 tahun.
Kedua, proses perizinan di tempat kerja.
Pengajuan izin saya tidak bekerja (dispensasi) di pabrik untuk mengikuti pelatihan tentang reproduksi perempuan di Thailand memang memberikan banyak pertanyaan bagi pihak manajemen perusahaan, terutama di Spv/chief/mandor di bagian saya bekerja.
Penyampaian keberatan itu dikarenakan kolektif mengerjakan proses jahit akan berkurang orang sedangkan hasil target produksi perline harus mencapai maksimal. Namun, surat pengajuan dispensasi ini saya ajukan atas nama serikat, sehingga tidak ada alasan bagi perusahaan tidak memberikan izin.
Pengajuan dispensasi di perusahaan tempat saya bekerja sudah harus masuk ke manajemen satu minggu sebelumnya. Beberapa berkas saya persiapkan untuk mengajukan dispensasi, seperti surat dispensasi dari tanggal 14-18 November 2022, fotokopi paspor, dan fotokopi tiket pesawat. Sedangkan untuk pengajuan surat izin (formulir dari perusahaan) tidak bekerja yang berisi tempat acara, alasan dan waktu lama tidak bekerja dilakukan sehari sebelum tidak bekerja.
Lalu, setelah itu saya mengajukan ke seluruh atasan untuk di tandatangani sesuai yang tertera, ada SPV, Chief, kepala produksi, manajer produksi, Personalia, HRD, dan pimpinan perusahaan. Pukul 2 siang rencana saya akan mengambil surat tersebut yang telah selesai di tandatangani oleh semuanya kecuali pimpinan perusahaan. Ternyata, pada saat itu Rahma ketua serikat yang juga mengajukan izin keluar pabrik turut membawakan surat izin saya yang telah di tanda tangani tersebut.
Sebagai antisipasi terkait pemotongan upah, maka semua berkas yang telah ditandatangi tersebut saya fotokopi, kecuali yang belum ditandatangani oleh pimpinan perusahaan. Berkas fotokopi ini juga sebagai dokumen organisasi dan surat pengajuan dispensasi asli diserahkan kepada manajemen.
Ketiga, persiapan keberangkatan.
Pada momen ini saya mempersiapkan surat-surat fotokopian paspor, tiket pesawat, Peduli Lindungi (vaksin 3x), transportasi, hingga peralatan yang dibawa sesuai kebutuhan yang tertera di undangan pelatihan. Menjaga kesehatan pun tidak luput diperhatikan sejak menyetujui menghadiri undangan acara tersebut mengingat penyebaran virus Covid-19 masih terjadi. Pada 14 November 2022 pun saya berangkat ke Thailand dengan pesawat untuk kali pertama dan pulang dengan suka cita membawa pengetahuan baru pada 18 November 2022.
***
Di atas merupakan sepenggal cerita tentang persiapan saya berangkat ke Thailand untuk menghadiri pelatihan tentang reproduksi perempuan. Tentunya peristiwa di atas dapat terjadi atas support dari kedua organisasi saya, FSBPI dan Perempuan Mahardhika. Dukungan teman-teman menjadi penyemangat saya untuk memantapkan hati dan diri saya untuk berani maju dan berkembang.
Melalui organisasi pun saya menjadi berani untuk menuntut hak saya sebagai pekerja. Belajar banyak informasi dan pengetahuan terkait dengan aturan dan kebijakan yang ada pada perusahaan dan terhadap pekerja. Sebagaimana hak mengajukan izin cuti haid dan surat dispensasi.
Sebetulnya pengajuan izin cuti haid tidak sulit, selain sudah di atur dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan (UUK) juga terdapat dalam Perjanjian Kerja Bersama (PKB). Kami pun punya perjanjian tersendiri dengan perusahaan bahwa ketika mengambil cuti dan masuk kembali tidak boleh ada intimidasi dalam bentuk apapun.
Tentu saja, dalam prakteknya tidak semua teman-teman berani untuk mengambil cuti haid. Hal ini bukan tanpa sebab, beberapa ketakutan seperti, akan diputus kontrak kerja, tidak diberikan pekerjaan, dipindahkan line kerja, dan sebagainya dapat menjadi menjadi ancaman buruh. Saya sendiri pun pernah mengalami, ketika masuk kerja setelah cuti haid saya langsung dipindah-pindahkan tempat kerja dari operator ke helper dan sebagainya, bahkan hampir semua line saya pernah ditempatkan.
Sedangkan untuk surat dispensasi, sebetulnya memerlukan tanda tangan dari pimpinan perusahaan untuk dapat izin. Namun nyatanya, hingga hari ini surat tersebut belum ditandatangani. Saya diinfokan bahwa pihak manajemen akan bertanggung jawab, apabila tidak disetujui pun tentu saya akan bersikeras untuk tetap mendapatkan izin. Hal ini dikarenakan dispensasi telah di atur dalam PKB di perusahaan tersebut sebagai kebebasan kegiatan organisasi serikat buruh FSBPI.
Yang perlu digarisbawahi adalah yang membuat saya kuat karena pengetahuan yang saya peroleh dari organisasi yang saya ikuti. Disamping itu, sebagai salah satu pengurus serikat membuat saya siap dengan segala kemungkinan yang terjadi. Karena kami meyakini yang kami lakukan adalah salah satu bentuk perjuangan. Perjuangan mempertahankan hak sebagai pekerja yang sudah diperjuangkan oleh perempuan- perempuan terdahulu.
Editor: Nindya Utami
Baca juga tulisan tentang Belajar Kesehatan Reproduksi bersama Dua Negara
Credit Photo: Dokumentasi Lindah dan Jihan
[…] Baca juga tulisan tentang Pengalaman Merebut Hak Buruh untuk Belajar […]