Cilincing, Jakarta Utara – Chief Supervisor adalah jabatan penting di dunia garmen. Tugas mereka adalah untuk mengontrol dan memastikan para staf bawahannya, untuk memenuhi target produksi. Chief supervisor juga memiliki peran untuk menghubungkan para staf dengan atasan. Fungsi mereka juga untuk mengatasi masalah yang ada di staf tanpa harus atasan turun tangan.
Pak Jumadi telah menjadi seorang chief supervisor di PT. Hansae sejak tahun 2010. Namun pada tahun 2017, pak Jumadi jatuh sakit dan diharuskan untuk dirawat. Karena diharuskan dirawat, pak Jumadi tidak dapat bekerja. Sehingga ia menyiapkan surat-surat dan data-data untuk diberikan kepada kantor, sebagai persyaratan cuti sakit. Ia telah memenuhi semua syarat yang diperlukan oleh kantor.
Setelah beberapa bulan dirawat, dan dirasa telah sehat kembali, pak Jumadi berniat untuk melanjutkan pekerjaannya di perusahaan tersebut. Pada saat ia hendak ke ruangannya, ia melihat bahwa posisinya telah digantikan oleh seseorang. Ternyata ia telah diturunkan jabatannya sebagai staf biasa.
“Saya tanya sama personalia, alasannya apa saya diturunin jabatannya. Katanya alasannya karena line saya tidak memenuhi target. Buat saya itu mengada-ngada, karena banyak juga line lain yang tidak memenuhi target produksi, tapi kok Chief Manager-nya ga dipecat, kenapa saya doang? Berarti kan ada sentimen pribadi sama saya.” Ujar pak Jumadi mencurahkan kekesalannya.
Pada tanggal 4 Juni, anggota Federasi Buruh Lintas Pabrik (FBLP), Serikat dimana Pak Jumadi aktif didalamnya berbondong-bondong berorasi di depan pagar PT.Hansae 3. Mereka berdemo bersama-sama untuk mengungkapkan kekecewaan mereka terhadap PT. Hansae 3 karena telah menurunkan jabatan dan memutuskan hubungan kerja parah staf atau buruh secara sepihak. Tidak hanya dari PT. Hansae 3 yang berunjuk rasa, para buruh dari PT. Hansae 6 juga ikut dalam berunjuk rasa di depan PT. Hansae 3. Meskipun tidak merasa dirugikan secara langsung, para buruh dari Hansae 6 ikut berunjuk rasa dalam rangka menunjukan solidaritas sesama buruh kepada para buruh PT. Hansae 3 yang merasa dirugikan. Mereka sadar bahwa kejadian demikian juga mungkin saja dapat melanda mereka, sehingga mereka memiliki kesadaran satu rasa sesama buruh.
Dalam demo kali ini, yang menjadi korban PT. Hansae 3, bukan hanya Pak Jumadi. Namun, sejumlah buruh juga terancam diputus kontrak secara sepihak dan tidak mendapatkan THR. Namun, mengapa kali ini sepertinya yang menjadi ikon demonstrasi adalah Pak Jumadi, karena kasus Pak Jumadilah yang dirasa sangat parah oleh para buruh. Sekretaris FBLP, Dian Septi sedang bernegosiasi dengan pihak PT. Hansae 3 pada saat demo sedang berlangsung. Dian berperan sebagai advokat para buruh yang merasa dirugikan.
Akhirnya, pada jam setengah 6 sore, Dian keluar dari gedung PT. Hansae 3 dengan hasil bahwa para buruh harus menunggu hingga jam setengah 7 malam. Buruh diharuskan menunggu dengan alasan bahwa dari pihak PT. Hansae haruslah berdiskusi secara tertutup berkaitan dengan persoalan pesangon dan pemutusan kontrak secara sepihak para buruh.
Sambil menunggu hasil keputusan dari pihak PT. Hansae 3, kerumunan membeli jajanan dari pedagang setempat dan hendak disantap bersama-sama, dan kebetulan sebentar lagi saatnya berbuka puasa. Semakin gelap kerumunan semakin bertambah. Kerumunan yang bertambah, berasal dari buruh-buruh yang baru saja bubaran jam kerja. Semakin bertambah kerumunan, semakin bertambah juga makanan yang terkumpul untuk disantap bersama-sama. Solidaritas sangat nampak dirasakan dari para buruh yang berunjuk rasa di depan gerbang PT. Hansae 3. Solidaritas mereka bukan hanya sekedar di mulut saja, namun solidaritas mereka juga dapat dilihat dari tindakan mereka.Menurut pengakuan dari para buruh setempat, ternyata permasalahan ini dan demo yang dilakukan di depan gerbang ini bukanlah yang pertama kali. Memang sejak dulu PT.Hansae ini bermasalah.
“Ini emang PT. Hansae 3 dari dulu bermasalah sama karyawannya. Gak cuma masalah PHK atau pesangon, fasilitas BPJS aja bermasalah. Kayak ada temen saya, setiap bulan gajinya dipotong buat tunjangan BPJS, Jamsostek, dll. Tapi pas tiba-tiba ada karyawannya sakit, terus kartunya (BPJS) mau dipake, ternyata belom aktif.Lah setiap bulan mereka gajinya dipotong buat macem-macem (BPJS, Jamsostek, dll) kemana aja tuh duit. Namanya lagi sakit kan butuh kartunya siap dipakek kan. Jadi harus ke perusahaan lagi ngurus kartu, nunggu lagi, balik ke Rumah Sakit, kan repot. Karyawan kan aset perusahaan, kalo karyawannya sehat kan kerjanya jadi maksimal, perusahaan juga kan yang untung. Kalo sakit, kerjanya gak beres, perusahaan juga yang rugi, kan gak mikir tuh mereka.” Ujar Boy, seorang buruh dari PT. Hansae 6.
Jam menunjukan pukul 19:00 WIB, hasil belum juga sampai kepada kerumunan. Setelah diperiksa kedalam gedung PT. Hansae 3, ternyata para personalia dari PT. Hansae 3 telah “pulang” sejak pukul 18:00 WIB dengan pengawalan ketat dari para security. Para buruh yang berunjuk menilai bahwa para persona kabur dan merasa takut dengan para pengunjuk rasa. Para personalia dinilai pergi/kabur tanpa meninggalkan hasil atau solusi. (cs)
Catatan : proses juang buruh PT. Hansae 3 telah membuahkan hasil. Informasi lebih lanjut dapat di-update melalui page FB : Radio Komunitas Marsinah FM