Melawan Perbudakan dengan Mengajak Perempuan Berpikir tentang Kesetaraan

Perbudakan di Amerika memang kental dan sarat akan rasisme. Terlebih mereka membenarkan perbudakan dari berbagai legitimasi. Umumnya yang memiliki budak adalah warga kulit putih yang kaya raya dari tahun 1619 hingga April 1865. Pada saat itu, orang-orang yang bergerak menghapus perbudakan disebut dengan abolitionist atau abolisionis. Ialah Grimke Bersaudari, Sarah Moore Grimke dan Angelina Emily Grimke yang berjuang menolak perbudakan. Walaupun mereka berasal dari masyarakat kulit putih menengah ke atas, mereka berbicara dengan sesama perempuan dan lelaki dari kelas mereka untuk menghapus perbudakan.

Grimke bersaudari berasal dari keluarga yang memiliki budak kulit hitam di Carolina Selatan. Sarah bahkan mengingat ketika pertama kalinya ia melihat seorang budak dicambuk ketika ia berusia 6 tahun. Saat itu ia berupaya kabur ke tempat dimana tidak ada perbudakan. Ia bahkan mengajari budak personalnya untuk bisa membaca.

Sejak kecil Sarah Grimke selalu ingin belajar dan haus akan pendidikan. Ia akan melahap setiap buku milik orangtuanya, bahkan ia memaksa ayahnya untuk mengirimkannya pergi sekolah di Universitas Yale. Namun ayahnya menolaknya karena alasan anaknya adalah seorang perempuan, walaupun demikian ayahnya tetap menghargai kepandaiannya. Sarah kemudian menjadi ibu baptis utuk adik perempuannya yang terakhir, Angelina dan mereka membentuk sebuah ikatan.

Ketika ayahnya mulai kesakitan, Sarah bertemu dengan komunitas Quaker yang menentang perbudakan dan ketidaksetaraan gender. Dan saat ayahnya meninggal Sarah bergabung dengan komunitas Quaker di Philadelphia bersama adiknya, Angelina. Namun tak lama mereka didepak dari komunitas tersebut lantaran Angelina mengirim surat ke editor The Liberator yang kemudian suratnya diterbitkan tanpa seizin Angelina. Segala tindakan individu yang dilakukan oleh komunitas Quaker harus melalui persetujuan bersama sebelum melangkah untuk mengambil sikap publik.

Akhirnya Grimke Bersaudari bergabung dengan kelompok gerakan abolisionis dan berbicara di muka publik di hadapan audiens yang beragam. Mereka berbicara di 67 kota dan 88 pertemuan publik.

Yang menarik dari Grimke Bersaudari ini mereka menggunakan konsep kekristenan dan keperempuanan perempuan kulit putih untuk menolak dan menghapus praktik perbudakan. Mereka tidak berupaya menjadi penyelamat kelompok kulit hitam, namun ia berbicara kepada perempuan dari kelompok mereka yang mungkin dan masih memiliki budak kulit hitam di rumah tangga mereka. Mereka berbicara langsung menggunakan suara sesama perempuan kulit putih.

Dalam suratnya yang berjudul Appeal to the Christian Women of the South, Angelina merujuk pada kitab suci yang mengutuk keras perbudakan serta menggunakan logika dan nilai-nilai kristen untuk menentang perbudakan. “I appeal to you, my friends, as mothers; Are you willing to enslave your children? You start back with horror and indignation at such a question. But why, if slavery is no wrong to those upon whom it is imposed? why, if as has often been said, slaves are happier than their masters, free from the cares and perplexities of providing for themselves and their families?”

Angelina mempertanyakan kepada sesama perempuan untuk menyadarkan mereka sebagai sesama perempuan kulit putih yang berpegang teguh pada kekristenannya.

Dalam surat yang ditulis Sarah Grimke berjudul The Condition of Women in the United States, ia berbicara mengenai hak-hak perempuan dan berargumen bahwa Tuhan menciptakan perempuan dan lelaki dalam derajat yang sama, hanya saja lelakilah yang menolak dan melarang mereka untuk mendapatkan kesempatan dan akses yang setara. Dia bersikukuh bahwa perempuan memiliki hak dan kewajibban yang sama dengan lelaki. Oleh sebab itu, perempuan harusnya bisa untuk berpartisipasi aktif dalam pendidikan, agama, kerja dan politik, termasuk gerakan penghapusan perbudakan.

Dalam beberapa pidato publik, Grimke bersaudari menekankan bahwa perempuan kulit putih memiliki ikatan alami dengan perempuan kulit hitam yang mereka perbudak. Beberapa gagasan yang mereka kemukakan dalam pidato mereka mendapatkan berbagai kritik bahkan orang-orang mempertanyakan legitimasi perempuan untuk bicara di muka publik.

Apa yang dilakukan oleh Grimke Bersaudari termasuk pembangkangan sipil, karena pada saat itu perbudakan menjadi norma yang berlaku di masyarakat mereka dan dibenarkan, sehingga siapapun yang menolakya dianggap sebagai pembelot. Bahkan pemeritahan yang berlaku juga membenarkan segala tindakan untuk menundukkan para budak. Perihal pembangkangan sipil, Angelina pun menulis:

“The doctrine of blind obedience and unqualified submission to any human power, whether civil or ecclesiastical, is the doctrine of despotism, and ought to have no place among Republicans and Christians.”

Terjemahan: Doktrin ketaatan buta dan ketundukan yang tidak memenuhi syarat kepada kekuatan manusia mana pun, baik sipil atau gerejawi, adalah doktrin despotisme, dan seharusnya tidak mendapat tempat di antara kelompok Republikan dan Kristen.

Grimke Bersaudari ini tidak hanya berhadapan dengan orang yang menolak penghapusan perbudakan namun juga orang yang menolak perempuan untuk berdiri di publik dan mebicarakan gagasannya.

Sebagai perempuan yang berjuang menghapus perbudakan di saat itu, tidak hanya mengalami penolakan gagasan mereka yang radikal, namun mereka mengalami penolakan karena mereka perempuan. Suaranya dibungkam hanya karena mereka perempuan. Mereka juga menekankan pentingnya hati nurani ketika dihadapkan pada ketidakadilan yang dialami oleh orang lain. Oleh karena itu membangkang dengan cara bicara dipublik, menulis bahkan memberi dukungan terhadap kelompok abolisionis merupakan cara untuk melawan rejim yang lalim.

 

DAFTAR PUSTAKA

  • Grimke, S., 1837. The Condition of Women in the United States.
  • Grimké, A., 1836. Appeal to the Christian women of the South. [Erscheinungsort nicht ermittelbar]: American Anti-slavery Society.
  • Teach Us History. n.d. Sarah Grimké Argues for Women’s Rights | Teach US History. [online] Available at: <http://www.teachushistory.org/second-great-awakening-age-reform/resources/sarah-grimke-argues-womens-rights> [Accessed 14 March 2021].
  • 2021. Grimké sisters. [online] Available at: <https://en.wikipedia.org/wiki/Grimk%C3%A9_sisters> [Accessed 14 March 2021].
  • Worcester Women’s Project. n.d. Grimké Sisters. [online] Available at: <http://www.wwhp.org/Resources/Slavery/grimkesisters.html> [Accessed 14 March 2021].

 

Fira Bas

Seorang feminis Jawa yang sesekali melakoni sebagai dokter gigi serta melawan segala ketidakmungkinan untuk menemukan cinta, kehidupan, dan semangat hidup.

Comments

wave
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments

Press ESC to close