Pada 5 sampai 9 Juli 2023, Konsorsium Advokasi Konvensi ILO 190 melakukan kegiatan linking and learning dengan berkunjung ke beberapa organisasi dan institusi yang berada di wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta. Kegiatan ini diikuti oleh Perempuan Mahardhika, FSBPI, Konde.co, Serikat Sindikasi, Jala PRT, KSPN, SPN, Yapesdi, dan Pamflet. Tujuan dari kegiatan kunjungan ini adalah belajar mengenai isu orang lanjut usia dan transpuan lanjut usia dan juga belajar bagaimana kerja sama antara organisasi disabilitas dengan dinas ketenagakerjaan serta perusahaan untuk mewujudkan dunia kerja yang aksesibel dan menyediakan akomodasi yang layak bagi disabilitas.
Kunjungan yang pertama adalah mendatangi RS. Amal Sehat yang berlokasi di Dusun Ngerjopuro, Slogohimo, Kab. Wonogiri, Jawa Tengah. RS Amal Sehat ini adalah salah satu rumah sakit yang mempekerjakan penyandang disabilitas. Dalam Undang-Undang No 8 tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas telah diatur bahwa (1) Pemerintah, Pemerintah Daerah, Badan Usaha Milik Negara, dan Badan Usaha Milik Daerah wajib mempekerjakan paling sedikit 2% pekerja dengan disabilitas dari total pegawai, dan (2) Perusahaan swasta wajib mempekerjakan paling sedikit 1% pekerja dengan disabilitas dari total pekerja di perusahaan.
Menurut manajemen RS Amal Sehat, mereka bahkan telah mempekerjakan penyandang disabilitas lebih dari yang dicantumkan dalam UU.
Akomodasi bagi penyandang disabilitas di RS ini terbilang cukup layak, meski masih perlu beberapa fasilitas tambahan seperti misalnya dibuatkan lift. Mengingat terdapat ragam akomodasi dan fasilitas yang dibutuhkan berdasar keragaman kebutuhan penyandang disabilitas itu sendiri.
Kunjungan kedua adalah mendatangi pabrik garmen PT. Top and Top Apparel yang berlokasi di Dusun Jatinom RT 001 W 009, Desa Gedong, Kec. Ngadirojo, Kab. Wonogiri, Jawa Tengah. PT.Top and Top Apparel ini juga salah satu garmen yang mempekerjakan disabilitas.
Unit Layanan Disabilitas Ketenagakerjaan disana memiliki peran dalam menghubungkan pekerja disabilitas ke beberapa tempat kerja termasuk RS. Amal Sehat dan juga PT. Top and Top Apparel. Menurut penuturan salah satu staf, sudah ada 23 orang pekerja disabilitas yang terhubung oleh Dinas. Terdiri dari beragam disabilitas termasuk Disabilitas Wicara. Untuk menyediakan akomodasi yang layak bagi penyandang disabilitas, PT. Top and Top Apparel memodifikasi mesin jahit agar sesuai dengan kebutuhan pekerjanya.
Kunjungan yang ketiga dilanjutkan dengan mendatangi Kantor Sekretariat SEHATI yang berlokasi di Jl. Kresna, Pulosari Rt 03/04 Gayam Sukoharjo, Sukoharjo, Jawa Tengah. Organisasi SEHATI ini mereka menyediakan pelatihan menjahit bagi penyandang disabilitas. Disini mereka diajarkan menjahit dengan mesin jahit yang sudah dimodifikasi. Mereka menjahit beberapa model pakaian. Pelatihan di Sekretariat SEHATI ini dibuka untuk umum termasuk masyarakat sekitar yang ingin belajar menjahit.
Kunjungan keempat adalah dengan mendatangi Sanggar Pujo Sumakno berlokasi di Desa Tawarsari, Wonosari, Yogyakarta. Sanggar seni ini diisi oleh beberapa lansia. Kebanyakan dari lansia ini adalah lansia sekitar lingkungan disana yang tinggal sendiri. Mereka meluangkan waktu di Sanggar Pujo Sumakno ini untuk mengajari anak anak muda yang ingin belajar seni seperti misalnya menari, teater dan menyanyi. Sanggar Pujo Sumakno ini didirikan oleh suami dari Mbah Sumirah yang telah meninggal dunia. Mbah Sumirah sendiri ini adalah sosok lansia yang meski berusia 72 tahun namun masih memiliki semangat masih membara untuk mengajar generasi muda berkesenian. Keberadaan
Saat kunjungan hari itu, Mbah Sumirah dan teman-temannya memberikan persembahan permainan alat musik tradisional yaitu Gejog Lesung. Mbah Sumirah juga mengajarkan kami peserta cara memainkan alat musik ini.
Kunjungan terakhir kami mendatangi Sekretariat Waria Crisis Center yang berlokasi di Yogyakarta. Saat di WCC ini kami bertemu dengan Mami Rully dan Mami Tata, dimana beliau beliau ini adalah sosok pendiri WCC. Mami Rully sendiri telah mulai menjadi aktivis sejak tahun 1998. WCC ini adalah Ruang Aman bagi transpuan dari banyaknya stigma masyarakat mengenai transpuan. WCC sendiri memiliki program perburuhan, pendidikan dan masih banyak lagi. Saat berkunjung kesana, Mami Rully banyak membagi pengalamannya selama menjadi Aktivis Buruh yang sangat menginspirasi bagi kami, para buruh muda saat ini.
Setelah mengikuti berbagai kunjungan di atas banyak sekali pelajaran berharga yang bisa diambil. Saat berkunjung bersama SEHATI, sebenarnya semua orang bisa saja menjadi disabilitas di kemudian hari, maka dari itu kita perlu mempersiapkan diri jika suatu saat nanti kita menjadi disabilitas. Kita juga perlu mengenal dan mempelajari bagaimana membuka kesempatan kerja bagi disabilitas yang harus disertai dengan akomodasi layak.
Lalu saat berkunjung WCC Transpuan yang didampingi oleh Erat Indonesia, kami mengetahui bahwa masa lansia adalah hal yang masih menakutkan bagi sebagian orang. Ketakutan ini adalah saat harus memikirkan bagaimana jika masa lansia kita itu hidup tanpa jaminan sosial. Tapi saat ada kunjungan ini ketakutan itu sedikit nya terhapus saat melihat para lansia ini mempunyai organisasi atau ruang aman bagi mereka untuk bisa beraktivitas sesuai keinginan mereka dan memperjuangkan hak.
Ditulis oleh Amel, anggota Perempuan Mahardhika – Sukabumi.